Senin, 11 September 2006

Inilah kehidupan



Kesabaran..
Sabar dan terus bersabar. Bersabarlah dengan kesabaran yang cantik. Sedangkan nabi diuji dengan beratnya setiap hari, inikan pula sekadar perkara remeh yang melarikan kita daripada tanggungjawab sebenar. Mungkin juga ini balasan akibat melalaikan amanah sebagai khalifah di muka bumi ini. Hidup di dunia bak bahtera di lautan gelora. Tiada tentu ia bermaharajalela. Kala tenang, ramai yang alpa. Namun, pabila badai menunjukkan diri yang sebenar, maka bersungguh-sungguhlah terkumat kamit memohon perlindungan dari yang Esa. Bejujuran air mata keinsafan, seumpama kehidupan sudah sampai ke penghujungnya. Terpatrilah janji akan hidup sebagai hamba yang taat setiap masa. Lalu Allah dengan sifat Rahman-Nya menyelamatkan kita. Alhamdulillah. Tetapi...hakikatnya manusia kembali lupa dengan nikmat kesenangan yang mendatang. Begitulah silih berganti putaran kehidupan seorang insan bernama manusia.
Teringat akan pesanan Golden Rule: Do on to others what you want others do on to you. Vice versa. Hubungan sesama manusia sebagai titik pengukur tahap iman dan akhlak kita kepada Allah. Lantaran Allah tidak akan mengampunkan, selagi manusia itu tidak memaafkan. Seandainya seseorang menghadiahkan kita sesuatu, maka sebagai manusia normal, kita akan berterima kasih dan menunjukkan rasa terima kasih itu. Lebih-lebih lagi jika ia datang dari seseorang yang 'significant' dalam hidup kita. Namun ada juga manusia yang menyakiti hati si pemberi, seolah-olah dia tidak pernah membawa apa-apa erti dan segala yang dilakukannya adalah remeh belaka. Bercakap sombong merasakan seolah-olah dirinya yang benar. Seakan memberitahu dunia aku lah manusia yang paling betul dalam tindakan. Sekali kita melukakan hati seseorang, ibarat menanam paku di dinding yang bersih. Biarpun kita mampu mencabutnya dengan secebis kemaafan yang mudah dilafazkan, namun belum tentu kita mampu menutup kembali kesan yang ditinggalkan. Manusia bukan malaikat. Sebaik mana pun pastilah mempunyai titik hitam di hati. Andai kita merasakan membuat seseorang terluka itu sesuatu yang remeh, maka ia dengan sendirinya mencerminkan siapa diri kita yang sebenar.
Hitunglah diri sebelum kita dihitung di akhirat nanti. Azab Allah itu amat berat, kita tidak mampu sama sekali menanggungnya. Seandainya telah sampai peringatan kepada kita untuk melakukan kema'rufan dan meninggalkan kemungkaran, maka bersegreralah. Janganlah menolak lagi. Kita tidak cukup hebat untuk merasakan diri ini betul. Bimbang kita tidak punya cukup masa untuk memperbaiki segalanya. Hidup hanya sekali. Ia punya tujuan yang pasti. Jangan tersasar lagi. Dosa yang telah dilakukan, Allah menutupnya dari keaiban. Maka bersyukurlah dan bertaqwalah. Sesungguhnya yang paling mulia adalah yang paling tinggi sifat taqwanya....
September 07, 2006
Permalink

Tidak ada komentar:

Posting Komentar